Selasa, 17 Februari 2015

Unknown 07.35


TEORI ATOM
Atom berasal dari bahasa Yunani “atomos” yang artinya tidak dapat dibagi-bagi lagi. Suatu  benda  dapat  dibagi  menjadi  bagianbagian  yang  lebih  kecil,  jika  pembagian  ini diteruskan, maka menurut logika pembagian itu akan  sampai  pada  batas  yang  terkecil  yang tidak  dapat  dibagi  lagi,  demikian  pendapat Demokritus  (460-370-S.M)  Bagian  terkecil yang tidak dapat dibagi lagi disebut: ATOM Konsep  atom  yang  dikemukakan  oleh Demokritus  murni  sebagai  hasil  pemikiran semata,  tanpa  disertai  adanya  percobaan. Namun  gagasan  ini  telah  menjadi  pembuka pintu ke arah penemuan baru menuju ke jenjang  yang lebih tinggi. Gagasan  atom  Demokritus  menjadi tantangan  fisikawan-fisikawan  untuk mengalihkan  perhatiannya  ke  arah mikrokosmos  yang  pada  saat  itu  belum terjamah. Awal abad ke-19, John Dalton(1766-1844) telah  melaksanakan  percobaan-percobaan  yang menunjang konsep atom.
Konsep Atom Menurut Dalton:
1.  Atom  adalah  partikel  terkecil  yang  tidak  dapat dibagi-bagi lagi.  Atom suatu unsur  semuanya serupa, dan tidak dapat berubah  menjadi atom unsur yang lainnya.
2.  Atom-atom  unsur  yang  berlainan  dapat  membentuk  molekul.  Ketika  terjadi reaksi,  atom-atom  itu  berpisah  tetapi kemudian  bergabung  kembali  dengan susunan  yang  berbeda  dengan  susunan semula. Pada  reaksi  itu  atom-atom bergabung  menurut  perbandingan tertentu.
3.  Bila  dua  macam  atom  membentuk  dua macam  persenyawaan  atau  lebih  maka atom-atom  sejenis  dalam  persenyawaan itu  mempunyai  perbandingan  yang sederhana Pengembangan  atom  saat  itu  telah memperkenalkan  kita  pada  susunan  dan  sifatsifat  atom,  cara  mengadakan  reaksi  dan  senyawa-senyawa yang terbentuk. Sekarang  telah  dikenal  ukuran  dan  massa atom,  energi  antar  atom  dan  pertikel-partikel terkecil  yang  membentuk  atom.  Atom  sebagai  bagian terkecil suatu zatsudah tidak sesuai lagi dengan  hasil-hasil  percobaan-percobaan  masa kini.
TEORI TOMPSON
Teori Atom J.J. Thomson
Pada percobaan Goldstein, timbul pertanyaan dari mana asal dan bagaimana cara terbentuknya sinar positif. Thomson menduga sinar itu dari atom gas dalam tabung. Percobaan telah menunjukkan bahwa setiap atom mengandung elektron. Jika atom kehilangan elektron yang bermuatan negatif tentu yang tinggal bermuatan positif. Jumlah muatan positif yang tinggal tentu sama dengan jumlah muatan elektron yang keluar, karena pada mulanya atom itu netral.
Elektron sangat ringan sehingga dapat meninggalkan atom jika diberi energi, misalnya diberi tegangan listrik. Oleh karena itu, diduga elektron berada di bagian luar atom. Berdasarkan penalaran seperti ini, akhirnya Thomson merumuskan teori yang disebut teori atom Thomson, yang meyebutkan bahwa atom merupakan sebuah bola kecil bermuatan positif dan di permukaannya tersebar elektron yang bermuatan negatif (gambar 3). Model ini juga disebut model roti kismis. Roti digambarkan sebagai atom bermuatan positif dan kismis sebagai elektronnya. Kelemahan teori atom Thomson ini adalah ia tidak menjelaskan kedudukan elektron dalam atom, hanya menyatakan berada di permukaan, karena ditarik oleh muatan positifnya. Mengapa elektron bisa lepas bila diberi energi tidak dapat dijelaskan oleh Thomson.
eori Atom Rutherford
Ernest Rutherford dan kawan-kawannya melakukan percobaan melewatkan sinar  dalam tabung yang berisi gas. Ternyata sinar bergerak lurus tanpa dipengaruhi oleh gas. Mereka menduga bahwa molekul gas tidak bermuatan dan tidak mengubah arah sinar  yang bermuatan positif. Berdasarkan hal ini Rutherford berhipotesis bahwa partikel  dalam padatan akan berubah arah, karena dalam atom terdapat muatan positif. Hipotesis ini dibuktikan oleh Geiger dan Marsden, yang menembakkan sinar  pada selempeng platina tipis (gambar 4). Hasilnya ditangkap dengan layar yang terbuat dari ZnS yang dapat berfluoresensi bila kena sinar .
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa sinar  yang ditembakkan itu ada yang tembus, membelok, dan memantul. Sinar yang tembus merupakan bagian terbesar, sedangkan yang membelok sedikit, dan yang memantul sedikit sekali. Gejala ini dijelaskan oleh Rutherford, bahwa partikel  banyak yang tembus disebabkan oleh atom yang mengandung banyak ruang hampa. Di pusat atom terdapat sebuah partikel bermuatan positif yang disebut inti. Sinar  akan membelok bila mendekati inti, karena saling tolak menolak. Kejadian ini sedikit jumlahnya karena ukuran inti atom sangat kecil dibandingkan ukuran ruang hampanya. Jika ada partikel  yang menabrak inti, maka  akan memantul walaupun tidak 1800. Tumbukan langsung ini sangat kecil kemungkinannya, maka jumlah  yang memantul kecil sekali.
Teori Atom Bohr
Penyempurnaan model atom Rutherford yang berkaitan dengan lintasan elektron dilakukan oleh murid Rutherford sendiri, yang bernama Niels Bohr.
Bohr memiliki pendapat sebagai berikut :
a)     Elektron beredar mengelilingi inti atom dengan tingkat-tingkat energi tertentu. Semakin dekat ke inti atom, tingkat energi semakin rendah. Dan sebaliknya, semakin jauh dari inti atom, tingkat energi semakin tinggi. Tingkat-tingkat energi ini membentuk lintasan elektron yang berupa lingkaran. Peredaran elektron dalam lintasannya tersebut tidak membebaskan atu menyerap energi, sehingga bersifat stabil.
b)     Perpindahan elektron dapat terjadi dengan cara :
  1. Menyerap energi sehingga elektron tersebut berpindah ke tingkat energi yang lebih tinggi atau lintasan yang lebih luar.
  2. Membebaskan energi sehingga elektron tersebut berpindah ke tingkat energi yang lebih rendah atau lintasan yang lebih dalam.
Energi yang dibebaskan saat elektron berpindah ke tingkat energi yang lebih rendah dapat diamati sebagai pancaran cahaya dengan panjang gelombang tertentu . Spektrum cahaya atau gelombang elektromagnetik pada atom hidrogen dijadikan bukti oleh Bohr untuk mendukung teorinya.
Kelemahan dari model atom Bohr dapat dijelaskan oleh LOUIS VICTOR DE BROGLIE pada tahun 1924 dengan teori dualisme partikel gelombang. Menurut de Broglie, pada kondisi tertentu, materi yang bergerak memiliki ciri-ciri gelombang.

h

λ = ——–—-

m. ν

dimana :
λ  = panjang gelombang (m)
m = massa partikel (kg)
ν  = kecepatan (ms-1)
h = tetapan Planck (6,626.10-34 Js)
Hipotesis tersebut terbukti benar dengan ditemukannya sifat gelombang dari elektron. Elektron mempunyai sifat difraksi, maka lintasan elektron yang dikemukakan Bohr tidak dibenarkan. Gelombang tidak bergerak melalui suatu garis, melainkan menyebar pada daerah tertentu.

Pada tahun 1927, WERNER HEISENBERG mengemukakan bahwa posisi atau lokasi suatu elektron dalam atom tidak dapat ditentukan dengan pasti. Heisenberg berusaha menentukan sifat-sifat subatomik dan variabel yang digunakan untuk menentukan sifat atom. Sifat ini adalah kedudukan partikel (x) dan momentum (p).
Kesimpulan dari hipotesisnya adalah bahwa pengukuran subatomik selalu terdapat ketidakpastian dan dirumuskan sebagai hasil kali antara ketidakpastian kedudukan (Δx) dengan ketidak pastian momentum (Δp) dan dirumuskan sebagai berikut :

h

Δx. Δp = —————–

Kemungkinan (kebolehjadian) menemukan elektron pada suatu titik pada jarak tertentu dari intinya disebut sebagai Prinsip Ketidakpastian Heisenberg. Artinya gerakan lintasan elektron beserta kedudukannya tidak dapat diketahui dengan tepat.
prinsip ketidak pastian
Hipotesis Louis de Broglie dan azas ketidakpastian dari Heisenberg merupakan dasar dari model Mekanika Kuantum (Gelombang) yang dikemukakan oleh ERWIN SCHRODINGER pada tahun1927, yang mengajukan konsep orbital untuk menyatakan kedudukan elektron dalam atom. Orbital menyatakan suatu daerah dimana elektron paling mungkin (peluang terbesar) untuk ditemukan.
Schrodinger sependapat dengan Heisenberg bahwa kedudukan elektron dalam atom tidak dapat ditentukan secara pasti, namun yang dapat ditentukan adalah kebolehjadian menemukan elektron pada suatu titik pada jarak tertentu dari intinya. Ruangan yang memiliki kebolehjadian terbesar ditemukannya elektron disebut Orbital.
Dalam mekanika kuantum, model orbital atom digambarkan menyerupai “awan”. Beberapa orbital bergabung membentuk kelompok yang disebut Subkulit.
Persamaan gelombang ( Ψ= psi) dari Erwin Schrodinger menghasilkan tiga bilangan gelombang (bilangan kuantum) untuk menyatakan kedudukan (tingkat energi, bentuk, serta orientasi) suatu orbital, yaitu: bilangan kuantum utama (n), bilangan kuantum azimut (l) dan bilangan kuantum magnetik (m)





Description: TEORI ATOM
Reviewer: Unknown
Rating: 4.0
ItemReviewed: TEORI ATOM

Tidak ada komentar: