
syarah hadits arbain |
Hadits ke-1 Arbain
An-Nawawi
الحَدِيْثُ الأَوَّلُ
عَنْ أَمِيْرِ
الْمُؤْمِنِيْنَ أَبِي حَفْصٍ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ t قَالَ : سَمِعْتُ رَسُولَ
اللهِ r يَقُوْلُ : ]
إِنَّمَا الأَعْمالُ بِالنِّيَاتِ وَ إِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى ، فَمَنْ
كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلى اللهِ وَ رَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلى اللهِ وَ
رَسُولِهِ وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ
لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوِامْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلى مَا هَاجَرَ
إِلَيْهِ [
رَوَاهُ إِمَامَا الْمُحَدِّثِيْنَ أَبُو عَبْدِ اللهِ مُحَمَّدُ بْنُ
إِسْمَاعِيْلَ بْنِ إِبْرَاهِيْمَ بْنِ الْمُغِيْرَةِ بْنِ بَرْدِزْبَةَ
الْبُخَارِيُّ وَ أبُو الْحُسَيْنِ مُسْلِمُ بْنُ الْحَجَّاجِ بْنِ مُسْلِمٍ
الْقُشَيْرِيُّ النَّيْسَابُوْرِيُّ فيِ صَحِيْحَيْهِمَا الَّذَيْنِ هُمَا أَصَحُّ
الْكُتُبِ الْمُصَنَّفَةِ
1.
Dari ‘Amirul Mu’minin Abu Hafsh ‘Umar bin Khattab t telah berkata : Aku
telah mendengar Rasulullah r bersabda : “Sesungguhnya setiap amal
perbuatan itu hanyalah tergantung pada niat, dan sesungguhnya bagi setiap orang
hanya memperoleh (sesuai) apa yang ia niatkan. Maka siapa yang hijrahnya menuju
(keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu ke arah (keridhaan) Allah
dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya itu karena dunia yang ingin diraihnya
atau karena seorang wanita yang akan dikawininya, maka hijrahnya itu ke arah
apa yang ia tuju”. (Diriwayatkan oleh dua Imam ahli hadits : Abu Abdillah
Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah bin Bardizbah Al Bukhari dan Abu
Husain Muslim bin Hajjaj bin Muslim Al Qusyairi An Naisaburi dalam dua kitab
shahih mereka yang merupakan kitab yang paling shohih diantara kitab-kitab
hadits).
KEUTAMAAN HADITS
% Hadits ini merupakan salah satu contoh Jawami'
Al-Kalim (kalimat-kalimat yang ringkas bermakna luas) dan para ulama kaum
muslimin telah sepakat bahwa hadits ini sangat agung, mempunyai banyak faidah
dan derajatnya shahih.
% Hadits ini merupakan setengah dari Ad-Dien karena merupakan mizan (timbangan)
amalan batin ,sebagaimana diketahui Ad-dien terbagi atas 2 yakni :
· amalan batin (mizannya Hadits-1 dari Arbain Nawawi)
· amalan zhohir (mizannya Hadits-5 dari Arbain Nawawi)
% Abu Abdillah[1] menyatakan bahwa tidak ada satu hadits pun yang lebih
lengkap, luas cakupannya dan lebih banyak faidahnya melebihi hadits ini.
% Imam Ahmad رحمه الله تعالى berkata: “ Pokok-pokok Islam ada pada 3 hadits, yaitu hadits Umar (H-1), hadits ‘Aisyah (H-5), dan
hadits Nu’man bin Basyir (H-6)[2]
% Imam Syafi’i رحمه الله تعالى mengatakan:
” Hadits ini merupakan 1/3 ilmu dan masuk ke dalam 70 bab fiqh “[3], sedang Imam Bukhari telah memasukkan hadits ini
dalam 7 bab dalam kitab Shohih beliau
% Imam Asy-Syaukani رحمه الله تعالى
menuturkan : "Hadits ini
merupakan salah satu kaidah dalam Islam hingga dikatakan dia mengandung
sepertiga ilmu"[4] Beliau berkata pula: "Hadits ini
mempunyai faidah-faidah yang telah dipaparkan dalam kitab-kitab tebal… dan
seyogyanya disusun kitab yang khusus untuk menjelaskannya".[5]
% Abdurrahman bin Mahdi رحمه الله تعالى berkata : “ Seandainya saya menulis sebuah
kitab yang terdiri
dari beberapa bab-bab, maka sungguh saya akan menjadikan hadits Umar bin
Khoththob di dalam tiap bab “ Dan beliau juga berkata :
"Barangsiapa yang hendak menyusun suatu kitab hendaknya memulai
dengan hadits ini"[6]. Dan nasehat ini telah diamalkan oleh para ulama di antaranya:
· Imam Bukhari dalam
Shohihnya
· Al-Hafizh
Taqiyuddin Abdul Ghoni Al Maqdisi dalam 'Umdahtul Ahkam
· Al Hafizh
Zainuddin Abdurrahman Al-'Iraqi dalam Taqribul Asanid wa Tartib Al Masanid
· Imam An-Nawawi
dalam Riyadhush Shalihin ,Arbain An-Nawawiyah, dan Al-Adzkar
· Imam Suyuthi dalam
Al Jami' Ash-Shogir
Ini
menunjukkan pengagungan ulama terhadap hadits ini yakni mereka memandang
hendaknya hadits ini didahulukan dalam setiap kitab yang disusun, sebagai
peringatan bagi para penuntut ilmu untuk memperbaiki niatnya dan sebagai
isyarat bahwa setiap amalan yang tidak ditujukan untuk Allah maka amalan
tersebut batil, tidak ada buahnya di dunia dan di akhirat.
BIOGRAFI SAHABAT PEROWI HADITS
Nama, Kunniyah dan
Laqab beliau :
Nama beliau adalah Umar bin Al-Khaththab bin Nufail bin Abdul 'Uzza
bin Riyah bin Abdullah bin Qurth bin Rozah bin 'Adi bin Ka'ab bin Luai bin
Ghalib Al-Qurasyi Al 'Adawi
Kunniyah : Abu Hafsh ("Hafsh" artinya anak singa)
Laqab (gelaran) : Al-Faruq ( pembeda ) karena setelah keislaman beliau
semakin nampak al-Haq dan Al-Bathil.
Kelahiran beliau :
Beliau lahir 3
tahun sesudah Tahun Gajah (40 tahun sebelum hijrah)
Diantara keutamaan
beliau:
·
Beliau adalah
khalifah kedua bagi kaum muslimin sesudah wafatnya Rasulullah r. Allah I menguatkan Ad-Din
dengan keislaman beliau
·
Pada zaman jahiliyah beliau termasuk pahlawan dan pemuka
Quraisy. Sebelum masuk Islam, Umar sangat keras kepada Islam dan kaum Muslimin.
Beliau masuk Islam 5 tahun sebelum hijrah dan keislaman beliau merupakan
kemuliaan dan kekuatan serta kelapangan bagi kaum muslimin sebagaimana
penuturan Ibnu Mas'ud: "Kami dahulu tidak pernah menyembah Allah
secara terang-terangan hingga masuknya
Umar ke dalam Islam".
·
Seorang pemberani sehingga sangat ditakuti oleh jin dan manusia. Rasulullah r pernah bersabda pada Umar t:
[ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ مَا لَقِيَكَ الشَّيْطَانُ قَطُّ سَالِكًا فَجًّا إِلَّا سَلَكَ فَجًّا غَيْرَ فَجِّكَ ]
“ Demi yang jiwaku
ada di tangan-Nya,tidaklah syetan berpapasan denganmu pada suatu jalan, melainkan syaithan akan
mencari jalan yang lain (HR.Bukhari dan
Muslim)
·
Beliau senantiasa
berkata benar dan merupakan sahabat yang selalu mendapatkan ilham (bimbingan
ilahi). Rasulullahr bersabda :
] إِنَّ اللَّهَ
جَعَلَ الْحَقَّ عَلَى لِسَانِ عُمَرَ وَقَلْبِهِ [
"Sesungguhnya Allah Y menjadikan al haq pada lisan dan hati
Umar t" (HR.
Tirmidzi dan Ahmad)
dalam hadits lain beliau r bersabda:
( لَوْ كَانَ بَعْدِي نَبِيٌّ لَكَانَ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ )
Artinya:"Jika ada
Nabi sesudahku maka dia adalah Umar bin Khaththab "(HR.Tirmidzi dan Ahmad di musnad beliau dan dalam Kitab
Fadhail As-Shohabah 1:246)
·
Beliau termasuk
salah seorang dari 10 orang sahabat yang dijamin masuk syurga, sebagaimana
sabda Rasulullah r yang diriwayatkan oleh sahabat Said bin Zaid t :
] عَشْرَةٌ فِي
الْجَنَّةِ النَّبِيُّ فِي الْجَنَّةِ وَأَبُو بَكْرٍ فِي الْجَنَّةِ وَعُمَرُ فِي
الْجَنَّةِ وَعُثْمَانُ فِي الْجَنَّةِ وَعَلِيٌّ فِي الْجَنَّةِ وَطَلْحَةُ فِي
الْجَنَّةِ وَالزُّبَيْرُ بْنُ الْعَوَّامِ فِي الْجَنَّةِ وَسَعْدُ بْنُ مَالِكٍ
فِي الْجَنَّةِ وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ فِي الْجَنَّةِ وَلَوْ شِئْتُ لَسَمَّيْتُ
الْعَاشِرَ قَالَ فَقَالُوا مَنْ هُوَ فَسَكَتَ قَالَ فَقَالُوا مَنْ هُوَ فَقَالَ
هُوَ سَعِيدُ بْنُ زَيْدٍ [
"Sepuluh
sahabat (yang dijamin) masuk surga : Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, Thalhah,
Zubair bin Awwam, Sa'ad bin Malik, Abdurrahman bin Auf." (Said bin Zaid t)-sahabat perowi hadits ini- berkata: "Jika aku
ingin maka aku menyebut yang kesepuluh" Mereka bertanya:"Siapa orang
itu?" Beliau(Said) diam, namun mereka bertanya lagi: "Siapa
dia?" Beliau berkata: "Orang itu adalah Said bin Zaid t" (HR.
Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad)
·
Beliau adalah orang
yang pertama kali menetapkan penanggalan
Hijriyah sebagai penanggalan kaum muslimin kemudian menjadi ijma’ dikalangan sahabat.
·
Beliau telah
berhijrah dan berjihad bersama Rasulullah r bahkan dibai'at menjadi khalifah saat wafatnya Abu Bakart tahun 13 Hijriyah
·
Beliau sangat
terkenal dengan keadilannya.
·
Umat Islam banyak
mengalami kejayaan sejak kekhalifaan beliau. Pada masa pemerintahannya
kaum muslimin berhasil membuka banyak wilayah untuk pemerintahan kaum muslimin dan
menaklukkan banyak negeri diantaranya Syam, Iraq, Al Quds,Mesir dan lain-lain.
Wafat Beliau :
Beliau wafat 23 H dalam usia 65 tahun di
tangan Abu Lu'lu'ah Al-Majusi yang menikamnya secara licik
ketika sedang memimpin sholat subuh dan beliau meninggal dunia tiga hari
setelah peristiwa tersebut, dan dikuburkan di sisi nabi Muhammad r dan Abu Bakar Ash
Ashiddiq Radhiyallahu 'anhuma.
KEDUDUKAN HADITS
Perlu diketahui meskipun hadits ini ditakhrij
oleh banyak Imam dan semuanya bersepakat akan keutamaan dan kedudukan hadits
ini yang sangat tinggi namun hadits ini
tidak termasuk dalam hadits mutawatir. Hadits ini jika dilihat di awal sanadnya
adalah hadits gharib, tapi jika dilihat akhir sanadnya adalah hadits masyhur.
·
Hadits ini termasuk
hadits Ahad karena hanya diriwayatkan dari Umar bin Khattab t , ada riwayat lain
tetapi dhoif yaitu dari Abu Hurairah t, Ali t, Anas t dan Abu Said Al
Khudrit[7]
Sanad hadits :
رسول الله r
عمر بن الخطاب


يحي بن سعيد
الأنصاري
Dan tidak ada jalur
periwayatan yang shohih selain jalur ini, sebagaimana ditegaskan oleh Imam Ali bin Al-Madini dan
disetujui oleh Al-Khaththabi serta para ulama yang lain. Karenanya siapa yang
mendapatkan jalur-jalur yang lain dari hadits ini maka jalan-jalan tersebut tentu tidak shohih.[8] Barulah dari Yahya bin Said banyak yang meriwayatkan,
sebagian mengatakan diriwayatkan oleh sekitar 250 bahkan ada yang mengatakan
700 orang.[9] Dan umumnya yang meriwayatkan dari Yahya adalah para
Imam seperti : Imam Malik, Sufyan bin Uyainah, Hammad bin Zaid, Sufyan
Ats-Tsauri, Al Auza’i, Abdullah bin Mubarok, Al-Laits bin Sa’ad, Syu’bah, dan lain-lain.[10]
Dari sanad hadits yang tidak mutawatir
ini bisa dijadikan hujjah atas orang yang menolak hadits-hadits ahad dalam
masalah-masalah ushul (pokok). Karena hadits ini adalah hadits ahad yang mengandung
masalah yang sangat mendasar (ushul) dalam Ad-Dien namun demikian para ulama telah berijma' bahwa
hadits ini shohih dan diterima. Kesimpulannya bahwa meskipun sebuah hadits
ahad, namun jika shohih maka ia menjadi hujjah dalam syariat Islam baik dalam
masalah Aqidah, Ibadah , Akhlaq dan
lain-lain.
Dan salah
satu keunikan hadits ini adalah periwayatan 3 orang tabi'in sekaligus satu sama
lainnya yaitu Alqamah, Muhammad bin Ibrahim At Taiymi dan Yahya bin Sa'id
Al-Anshori.-Rahimahumullahu jami'an-
Hadits ini
disampaikan oleh Umar t , ketika
berkhutbah di atas mimbar. Namun walaupun banyak yang mendengarkannya tetapi
sedikit yang meriwayatkannya hal ini mungkin disebabkan karena kehati-hatian
mereka dan ketakutan mereka akan sabda Rasulullah r :
مَنْ كَذَ بَ عَلَيَّ مُتَعَمِّداً فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعده مِنَ النَّارِ
(متفق عليه عن أبي هريرة)
“ Barangsiapa yang berdusta atas
namaku dengan sengaja , maka hendaknya ia menempati tempat duduknya di neraka”
(HR.Bukhari dan Muslim dari shahabat Abu Hurairah t) Abdurrahman bin Abi Laila (seorang
tabi'i yang mulia) rahimahullah berkata:" Kami berkata kepada Zaid
bin Arqam t : “ Ceritakanlah kepada kami
(hadits-hadits) dari Rosulullah r .., beliau t menjawab :
َ)كَبِرْنَا وَنَسِينَا وَالْحَدِيثُ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ شَدِيدٌ(
Kami telah tua dan (banyak) lupa, sedangkan menceritakan
hadits dari Rosulullah r sangatlah berat" (HSR Ibnu Majah dan Ahmad)
Dan juga sabda Rosulullah r :
] كَفَى بِا لْمَرْ ءِ
كَذِبًا أَنْ يُحَدِّ ثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ [ (
رواه مسلم في المقدمة )
“ Cukuplah seorang dikatakan berdusta jika menyampaikan
semua yang didengarkannya.”
( HR.Muslim dalam muqaddimah Shohihnya)
SABABUL WURUD
Sesungguhnya pengetahuan akan sebab
keluarnya (sababul wurud) sebuah hadits sangat membantu untuk memahami makna
hadits sebagaimana halnya pengetahuan tentang sababun nuzul membantu dalam memahami makna ayat Al-Qur'an.[11]
Sebagian
ulama menyebutkan bahwa sebab dikeluarkannya hadits ini berkenaan dengan seorang
laki-laki yang ingin menikahi seorang
wanita yang dikenal dengan Ummu Qais. Dan perempuan ini tidak mau
dinikahi kecuali kalau laki-laki tersebut berhijrah. Maka berhijrahlah
laki-laki tersebut karena keinginannya untuk menikahi Ummu Qais, bukan karena
mengharap pahala hijrah. Oleh sebab itu laki-laki itu digelari dengan Muhajir Ummi Qais (orang yang berhijrah karena Ummu Qais)[12]
Berkenaan dengan sababul wurud hadits ini
terdapat ikhtilaf diantara para ulama :
1)
Ibnu Rajab Al-Hambali رحمه الله تعالى menyatakan: "Telah
masyhur bahwa kisah muhajir Ummu Qais
adalah sebab diucapkannya hadits : " Barangsiapa
hijarahnya untuk dunia yang ia ingin dapatkan
atau wanita yang ia ingin nikahi …"banyak ulama mutaakhirin (pada zaman beliau)
yang menyebutkan sababul wurud tersebut dalam kitab-kitab mereka namun kami tidak melihat dalil dengan sanad yang
shohih dari perkataan tersebut " [13]
2)
Al-Hafizh Ibnu
Hajar رحمه الله تعالى menilai sanad Thabrani yang menceritakan adanya
seorang laki-laki yang berhijrah karena ingin menikahi seorang perempuan yang
bernama Ummu Qais adalah sanad yang
shohih. Namun beliau memandang bahwa tidak ada keterangan yang jelas yang
menunjukkan bahwa kejadian tersebut merupakan penyebab keluarnya sabda
Rasulullah r tersebut.[14]
Maka sebagaimana tidak semua ayat-ayat
Al-Qur’an ada asbabun Nuzulnya begitu pula dengan hadits-hadits. Perlu diingat bahwa
asbabul nuzul/wurud disebutkan adalah untuk memahami ayat atau hadits secara
umum, namun bukan berarti bahwa ayat atau hadits tersebut cuma menjelaskan
tentang perkara-perkara yang menjadi penyebab turunnya ayat atau hadits tersebut
secara khusus.
Berkata Ulama :
العِبرَةُ بِعُمُومِ اللََّفظِ لاَ بِخُصُوصِ السَّبَبِ
“ Al Ibroh (pelajaran) terletak pada
keumuman lafazh bukan pada kekhususan sebab “
SYARH HADITS
عَنْ
أَمِيْرِ الْمُؤْمِنِيْنَ …/
“... dari Amirul
Mukminin ..”
Gelar Amirul
Mukminin :
· secara umum : adalah
gelar yang pertama kali disandarkan kepada shahabat Abdullah bin Jahsy t-[15]seorang shahabat yang
pernah memimpin Sariyah[16] sebelum terjadinya
perang Badar
· secara khusus : untuk
khalifah adalah pertama kali diberikan pada Umar bin Khattab t .Penamaan ini
disebutkan pada akhir kekhalifaan Abu Bakart dan menjadikan gelar Amirul Mukminin sebagai pengganti bagi gelar
khalifah [17]
t
أَبِي حَفْصٍ عُمَرَ
بْنِ الْخَطَّابِ /
" …Abu Hafs Umar bin Khaththab t "
Kunniyah Umar bin Khaththab t adalah Abu Hafsh, dan arti dari kata "Hafsh" adalah anak singa
·
Ini menunjukkan bolehnya berkuniyah dengan selain nama anak,
bahkan tidak mesti harus punya anak, sebagaimana Aisyah radhiyallohu anha
yang berkuniyah dengan Ummu Abdillah dan Imam Nawawi berkuniyah Abu Zakariya,
padahal beliau belum pernah menikah.
·
Berkuniyah adalah
sesuatu yang disunnahkan, sehingga Rosulullah r telah memberikan kuniyah seorang anak kecil,sebagaimana
hadits Rosulullah r dari Anas bin Malik t ,beliau berkata :
كَانَ النَّبِيُّ r أَحْسَنَ
النَّاسِ خُلُقًا وَكَانَ لِي أَخٌ يُقَالُ لَهُ أَبُو عُمَيْرٍ قَالَ أَحْسِبُهُ
فَطِيمًا وَكَانَ إِذَا جَاءَ قَالَ:]يَا أَبَا عُمَيْرٍ
مَا فَعَلَ النُّغَيْرُ[
Nabi r adalah orang yang
paling baik akhlaqnya.Aku mempunyai seorang adik yang baru lepas susuan yang
dipanggil Abu Umair. Apabila
Rosulullahr datang, beliau bergurau sambil berkata: Ya
Abu Umair, apa yang dikerjakan oleh nughair( burung kecil itu kepunyaan Abu
Umair). (Muttafaq ‘alaihi)
r
سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ /
“ ..saya mendengar.Rasulullah
r.”
-Menunjukkan
keutamaan Umar yang langsung mendengarnya dari Rasulullah r. Dan inilah keutamaan shahabat secara umum, yaitu
bertemu langsung dengan Rosulullah r
Abdullah bin
Mas’ud t mengatakan :
إِنَّمَا
الأَعْمالُ /
“... sesungguhnya amal..”
إنَّ(sesungguhnya) è fungsinya untuk menashob (
--َ-- )
ما + إن ( hanya saja) , è fungsinya adalah untuk merafa’ ( --ُ-- )
Dalam
Al-Quran ada beberapa bentuk إِنَّمَا :
1) Penafian secara mutlaq,Allah U berfirman:
قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ
أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ ﴾
﴿
Artinya: Katakanlah: "Sesungguhnya aku ini hanya
seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa
sesungguhnya Tuhan kamu itu hanyalah Tuhan Yang Esa...".(QS.Al Kahfi:110)
Maksudnya ayat ini adalah hanya Allah yang berhak disembah, selain-Nya bathil.
2) Penafian secara partial (sebagian) :
إِنَّمَا أَنْتَ مُذَ كِّر﴾
﴿
Sesungguhnya kamu Muhammad
hanyalah pemberi peringatan (QS.Al Ghasyiyah:21)
Penafian di sini tidaklah secara
mutlak karena kenyataannya Nabi Muhammad r juga bertugas
untuk memberi kabar gembira, dll. Namun disebutkan dalam ayat ini hanya sebagai pemberi peringatan maksudnya
beliau tidak berkuasa memberikan hidayah
kepada seseorang
3) Penafian yang menunjukkan pentingnya/umumnya hal tersebut
Allah Y berfirman:
اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ
﴾ ﴿
Artinya: Ketahuilah, bahwa
sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan,... QS. (Al Hadid:20)
لَعِبٌ وَلَهْوٌ
è bukan berarti dunia itu semuanya permainan
dan senda gurau tetapi hanya disebutkan
keduanya adalah karena begitulah keadaan dunia pada umumnya. Adapun dalam
hadits ini merupakan penafian secara mutlak.Wallohu A'lam
بِالنِّيَاتِ“/
"dengan
niat..”
Menurut
Ulama, maksudnya ada 3 :
1)
Amalan itu dipandang
/dinilai ketika ada niat.
2)
Amalan itu akan lahir
/muncul karena adanya niat. Maksudnya tidak mungkin sesuatu bisa dikerjakan
tanpa adanya niat; karena setiap manusia yang berakal dan tidak dipaksa tidak
mungkin mengamalkan sesuatu tanpa niat. Bahkan sebagian ulama berkata: "Seandainya
Allah menyuruh kita mengamalkan sesuatu tanpa niat maka itu suatu perintah yang
tidak sanggup dikerjakan"[19]. Makna ini sangat tepat untuk membantah orang yang
senantiasa was-was dalam niatnya sehingga melafazhkannya dalam setiap ibadah!
3)
Baik atau buruknya suatu amalan sangat
tergantung pada niatnya.
Perbedaan
ponit 1 & 3 :
§ bahwa pada point 1 menjelaskan bahwa amalan sholeh hanyalah diterima jika diawali dengan niat.
Contoh : seseorang yang makan dengan tangan kanan hanya karena kebiasaan bukan
untuk mengikuti sunnah Rasulullah r maka dia tidak
diganjar dengan perbuataanya itu.
§ Point ke-3 amalan yang dikerjakan dengan niat, baru akan
diterima jika niatnya baik(ikhlas) contoh sholat walaupun seseorang telah
berniat untuk sholat namun tidak akan diterima jika ada niat yang tidak ikhlas
(riya’)
Makna Niat النية)
معنى )
Secara bahasa :
1)
Al-Qashdu (القصد) bermakna
tujuan dan kesengajaan untuk beramal,
Sebagian ulama mengatakan : " Karena
niat adalah kesengajaan dalam berbuat, maka niat letaknya di hati dan tidak
perlu dilafazhkan”
2)
Al-Iradah ( الإراد ة )
bermakna keinginan
Lafazh ini
banyak penggunaannya dalam Al Quran,perhatikan beberapa ayat berikut ini:
﴿
وَلَقَدْ صَدَقَكُمُ اللَّهُ وَعْدَهُ إِذْ تَحُسُّونَهُمْ بِإِذْنِهِ حَتَّى
إِذَا فَشِلْتُمْ وَتَنَازَعْتُمْ فِي الْأَمْرِ وَعَصَيْتُمْ مِنْ بَعْدِ مَا
أَرَاكُمْ مَا تُحِبُّونَ مِنْكُمْ مَنْ يُرِيدُ الدُّنْيَا وَمِنْكُمْ مَنْ
يُرِيدُ الْآخِرَةَ ثُمَّ صَرَفَكُمْ عَنْهُمْ لِيَبْتَلِيَكُمْ وَلَقَدْ
عَفَا عَنْكُمْ وَاللَّهُ ذُو فَضْلٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ ﴾
Artinya: Dan sesungguhnya Allah telah memenuhi
janji-Nya kepada kamu, ketika kamu membunuh mereka dengan izin-Nya sampai pada
saat kamu lemah dan berselisih dalam urusan itu dan mendurhakai perintah
(Rasul) sesudah Allah memperlihatkan kepadamu apa yang kamu sukai. Diantaramu
ada orang yang menghendaki dunia dan di antara kamu ada orang yang menghendaki
akhirat. Kemudian Allah memalingkan kamu dari mereka untuk menguji kamu;
dan sesungguhnya Allah telah mema`afkan kamu. Dan Allah mempunyai karunia (yang
dilimpahkan) atas orang-orang yang beriman.(QS.Ali Imron:152)
﴿وَلَا تَطْرُدِ
الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ
مَا عَلَيْكَ مِنْ حِسَابِهِمْ مِنْ شَيْءٍ وَمَا مِنْ حِسَابِكَ عَلَيْهِمْ
مِنْ شَيْءٍ فَتَطْرُدَهُمْ فَتَكُونَ مِنَ الظَّالِمِينَ﴾
Artinya:"Dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang
menyeru Tuhannya di pagi hari dan di petang hari, sedang mereka menghendaki wajah-Nya.
Kamu tidak memikul tanggung jawab sedikitpun terhadap perbuatan mereka dan
merekapun tidak memikul tanggung jawab sedikitpun terhadap perbuatanmu, yang
menyebabkan kamu (berhak) mengusir mereka, sehingga kamu termasuk orang-orang yang
zalim"(QS.Al An'aam:52).
﴿مَنْ كَانَ يُرِيدُ
الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا
وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ(15)أُولَئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي
الْآخِرَةِ إِلَّا النَّارُ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا
يَعْمَلُونَ﴾
Artinya: Barangsiapa yang menghendaki
kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka
balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak
akan dirugikan. Itulah orang-orang
yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu
apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka
kerjakan?(QS.Huud:15-16)
﴿مَنْ كَانَ
يُرِيدُ الْعَاجِلَةَ عَجَّلْنَا لَهُ فِيهَا مَا نَشَاءُ لِمَنْ نُرِيدُ
ثُمَّ جَعَلْنَا لَهُ جَهَنَّمَ يَصْلَاهَا مَذْمُومًا مَدْحُورًا(18)وَمَنْ
أَرَادَ الْآخِرَةَ وَسَعَى لَهَا سَعْيَهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ كَانَ
سَعْيُهُمْ مَشْكُورًا﴾)
Artinya:"Barangsiapa menghendaki
kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami segerakan baginya di dunia itu apa
yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki dan Kami tentukan baginya neraka Jahannam; ia
akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir. Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat
dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mu'min, maka
mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalas dengan baik .(QS.Al Israa:18-19)
3) Al-Ibtigho ( الابتغاء )maknanya mengharapkan,sebagaimana
firman Allah U:
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَشْرِي
نَفْسَهُ ابْتِغَاءَ مَرْضَاةِ اللَّهِ وَاللَّهُ رَءُوفٌ بِالْعِبَادِ﴾ ﴿
Dan
di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari
keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya. (Qs Al Baqaroh:207)
Secara istilah,
niat disebutkan bermakna :
1)
Membedakan antara
ibadah dengan adat, contohnya:seorang yang tidak makan sejak terbit fajar
hingga terbenam matahari ,maka ini mungkin disebabkan berpuasa atau karena
tidak mendapat makanan maka yang membedakan antara keduanya adalah niat..
2)
Membedakan antara 2
ibadah,contohnya:seseorang yang shalat sunnah 2 rakaat,maka ini ada beberapa
kemungkinan jenis shalat yang dia kerjakan yang bisa membedakannya hanyalah
niat .
Kedua makna
niat ini merupakan istilah yang digunakan para
fuqaha (ahli fiqh)
3)
Membedakan antara
ikhlas untuk Allah I atau selainnya.
(Istilah ini digunakan oleh ulama Aqidah/akhlaq
dan makna ini yang banyak disebutkan dalam Al-Qur’an dan perkataan salaf)
Niat dapat
merubah suatu adat menjadi ibadah dangan 3 syarat :
1)
Diniatkan untuk
beribadah.
2)
Sebagai perantara
untuk menjadi bernilai ibadah, bukan perbuatannya (dzatnya) yang
ibadah, contoh : tidur , maka tidur
secara dzatnya bukanlah ibadah, tetapi ia bernilai
ibadah jika
kita niatkan ketika tidur supaya bisa melaksanakan ibadah, misalnya agar mampu sholat
lail dll
3)
Sesuai dengan
contoh dari Nabi r (sesuai dengan adab-adab beliau)
بِالنِّيَاتِ /“
Perkataan ini menunjukkan keutamaan niat :
Berikut ini dalil dari
sunnah dan beberapa mutiara perkataan salaf tentang keutamaan niat yang ikhlash
dan bahaya beramal tanpa keikhlasan:
· Dalam shohih Muslim dari Ummu Salamah رضي الله عنها bahwa Rasulullah r bersabda:
[…. يُخسَفُ بِهِ مَعَهُم وَلَكِنَّهُ يُبعَثُ يَومَ القِيَامَةِ
عَلَى نِيَّتِهِ ]
“ … dia dibinasakan bersama mereka, tetapi
masing-masing dibangkitkan pada hari kiamat sesuai dengan niatnya )
·
Salah seorang ulama
salaf yaitu Abdullah bin Mubarak رحمه الله تعالى berkata :
رُبَّ عَمَلٍ صَغِيرٍ تُعَظِّمُهُ
النِّيَّةُ وَرُبَّ عَمَلٍ كَبِيرٍ تُصَغِّرُهُ النِّيَّةُ
“ Boleh jadi suatu amalan yang kecil menjadi besar di sisi Allah
karena niatnya(yang baik) dan boleh jadi
amalan yang besar menjadi kecil di sisi Allah juga karena niatnya(yang tidak
ikhlas)“ [20]
·
Yahya bin Abi
Katsir رحمه الله تعالى menasihatkan:
تَعَلَّمُوا النِّيَّةَ فَإِنَّهَا أَبلَغُ مِنَ العَمَلِ
“
Pelajarilah niat, karena ia lebih dahulu sampai di sisi Allah daripada
amalan “ [21]
·
Imam Sufyan Ats-Tsauri
رحمه الله تعالى menuturkan:
مَا عَالَجتُ شَيئًا أَشَدَّ عَليَّ
مِن نِيَّتِي لأَنَّهَا تَتَقَلَّبُ عَليَّ
“ Tidak ada sesuatu yang
paling berat untuk saya obati, kecuali masalah niatku, sebab ia senantiasa
berbolak-balik dalam diriku “ [22]
·
Muthorrif bin
Abdullah رحمه
الله تعالى mengatakan:
صَلاَحُ
القَلبِ بِصَلاَحِ العَمَلِ، وَ صَلاَحُ العَمَلِ بِصَلاَحِ النِّيَّةِ
“ Baiknya hati tergantung dengan baiknya
amalan, dan baiknya amalan tergantung dengan baiknya niat “ [23]
وَ إِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى /
“ Dan setiap
orang mendapatkan tergantung yang diniatkan..”
Maknanya :
Seorang tidaklah
mendapatkan kecuali apa yang ia niatkan
,jadi tiap orang akan meraih yang sesuai dengan amalan dan niatnya.
Kaidah ini berlaku
untuk semua amalan ibadah tanpa kecuali, namun Nabi r membuat satu permisalan (hijrah) yaitu untuk lebih memahami.
/، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلى اللهِ وَ
رَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلى اللهِ وَ رَسُولِهِ
وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوِامْرَأَةٍ
يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ
“..Maka barangsiapa yang berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya
maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya dan barangsiapa yang hijrahnya kepada
dunia, atau wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya kepada apa yang ia tujukan..”
/Makna Hijrah :(تعريف الهجرة)
· Menurut bahasa: الانتقال (berpindah) dan الترك (meninggalkan)
Menurut
istilah :
1)
Berhijrah dari
negeri kafir ke negeri iman ,contohnya hijrah para shahabat dari Mekkah ke
Medinah
2)
Berhijrah dari
tempat yang diliputi ketakutan (untuk menjalankan syariat) ke tempat yang aman
untuk melaksanakan syariat, contohnya hijrah para shahabat dari Makkah ke
Habasyah
3)
Berhijrah ma’nawi
(hukumnya wajib) yaitu hijrah amal , Rasulullah r bersabda:
المُهَاجِرُ مَن هَاجَرَ مَا نَهَى اللهُ عَنهُ (متفق عليه)
Artinya Orang yang
berhijrah adalah orang yang berhijrah (meninggalkan) apa-apa yang Allah larang atasnya
(HR.Bukhori
dan Muslim)
.
· Hukum hijrah adalah wajib
jika mampu dan ini berlaku sampai hari
kiamat,
Rasulullah
r bersabda:
[ لا تَنقَطِعُ الهِجرَةُ حتى
تنقطعَ التوبَةُ ولا تنقطعُ التوبةُ حتى تَطلُعَ الشَمسُ مِن مَغرِبِهَا ]
“ Tidaklah terputus hijrah
hingga terputusnya taubat dan tidaklah terputusnya taubat hingga matahari
terbit dari barat (kiamat) “ [24]
dalam riwayat yang lain:
[ لا تَنقَطِعُ الهِجرَةُ مَادَامَ العَدُوُّ يُقَاتِلُ ]
“
Tidak terputus hijrah selama musuh masih memerangi (kaum muslimin,.) [25]
· Ancaman bagi orang yang enggan hijrah :
- di dunia: dia tidak mendapatkan hak loyalitas
sebagai seorang muslim
﴿
إِنَّ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ
وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَالَّذِينَ ءَاوَوْا وَنَصَرُوا أُولَئِكَ
بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَالَّذِينَ ءَامَنُوا وَلَمْ يُهَاجِرُوا مَا
لَكُمْ مِنْ وَلَايَتِهِمْ مِنْ شَيْءٍ حَتَّى يُهَاجِرُوا وَإِنِ
اسْتَنْصَرُوكُمْ فِي الدِّينِ فَعَلَيْكُمُ النَّصْرُ إِلَّا عَلَى قَوْمٍ
بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ مِيثَاقٌ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ﴾
Artinya:"Sesungguhnya
orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan harta dan jiwanya
pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan
pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itu satu sama lain
lindung-melindungi. Dan (terhadap) orang-orang yang beriman, tetapi belum
berhijrah, maka tidak ada kewajiban sedikitpun atasmu melindungi mereka,
sebelum mereka berhijrah. (Akan tetapi) jika mereka meminta pertolongan
kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan
kecuali terhadap kaum yang telah ada perjanjian antara kamu dengan mereka. Dan
Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan" (QS.Al Anfaal:72)
-
di akhirat : dia
diancam dengan adzab jahannam,sebagaimana firman Allah U
﴿إِنَّ
الَّذِينَ تَوَفَّاهُمُ الْمَلَائِكَةُ ظَالِمِي أَنْفُسِهِمْ قَالُوا فِيمَ
كُنْتُمْ قَالُوا كُنَّا مُسْتَضْعَفِينَ فِي الْأَرْضِ قَالُوا أَلَمْ تَكُنْ
أَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةً فَتُهَاجِرُوا فِيهَا فَأُولَئِكَ مَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ
وَسَاءَتْ مَصِيرًا﴾
Artinya: Sesungguhnya
orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri,
(kepada mereka) malaikat bertanya: "Dalam keadaan bagaimana kamu
ini?". Mereka menjawab: "Adalah kami orang-orang yang tertindas di
negeri (Mekah)". Para malaikat berkata: "Bukankah bumi Allah itu
luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?". Orang-orang itu
tempatnya neraka Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali,(QS.An Nisaa:97)
· Pahala bagi orang berhijrah dengan niat karena Allah adalah
mendapatkan kelapangan dari Allah U
﴿وَمَنْ يُهَاجِرْ
فِي سَبِيلِ اللَّهِ يَجِدْ فِي الأَ رْضِ مُرَاغَمًا كَثِيرًا وَسَعَةً وَمَنْ
يَخْرُجْ مِنْ بَيْتِهِ مُهَاجِرًا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ يُدْرِكْهُ
الْمَوْتُ فَقَدْ وَقَعَ أَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا
رَحِيمًا﴾
. Artinya:"Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka
mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezki yang banyak.
Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan
Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju),
maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan adalah Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang"(QS. An Nisaa:100 )
Disebutkan dalam lanjutan
hadits ini
/ و َمَنْ كَانَتْ
هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوِامْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا .....
…dan barangsiapa yang hijrahnya kepada dunia, atau wanita yang
ingin dinikahinya…"
Adanya penyebutan
kata dunia dan wanita secara bersamaan menjadi masalah, karena sebagaimana
diketahui wanita juga termasuk dalam dunia.
Maka ulama menjelaskan bahwa ada dua kemungkinan:
-
dunia dalam hadits ini maknanya harta
- dunia
maknanya secara umum, namun disebutkan wanita secara khusus ('athfu alkhash
'ala al'aam) karena wanita merupakan salah satu fitnah dunia yang
terbesar
.
Makna Dunia ( معنى الدنيا )
secara bahasa adalah dari kata: Ad-dunu
(الدُّ نُو ) yaitu sesuatu
yang dekat , dikatakan demikian sebab dunia hanya sebentar jika
dibandingkan akhirat
Berikut beberapa
dalil tentang hakikat dunia dalam beberapa hadits:
·
عن أَبي هُرَيْرَةَ t
يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ r يَقُولُ : أَلَا إِنَّ
الدُّنْيَا مَلْعُونَةٌ مَلْعُونٌ مَا فِيهَا إِلَّا ذِكْرُ اللَّهِ وَمَا
وَالَاهُ وَعَالِمٌ أَوْ مُتَعَلِّمٌ (رواه الترمذى و ابن ماجه)
Dari
Abu Hurairah t berkata: Saya telah mendengar Rasulullah r bersabda:"Ketahuilah sesungguhnya dunia itu
dilaknat;dilaknat apa-apa yang ada di dalamnya kecuali dzikir kepada
Allah,apa-apa yang mengantarkan kepadanya,orang yang alim dan penuntut
ilmu"(HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
·عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ t قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ r : لَوْ كَانَتْ الدُّنْيَا تَعْدِلُ عِنْدَ اللَّهِ
جَنَاحَ بَعُوضَةٍ مَا سَقَى كَافِرًا مِنْهَا شَرْبَةَ مَاءٍ (رواه الترمذي و
ابن ماجه (
· Dari Sahl bin Sa'ad berkata:Rasulullah r bersabda:"Seandainya dunia ini senilai-di sisi Allah -dengan
sehelai sayap nyamuk maka Allah tidak memberi minum kepada orang kafir walau hanya
seteguk air" (HR.Tirmidzi dan Ibnu Majah)
·عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ t
قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ r : الدُّنْيَا سِجْنُ الْمُؤْمِنِ وَجَنَّةُ الْكَافِرِ
Dari Abu Hurairah t berkata :
Rasulullah r bersabda: "Dunia adalah penjara bagi orang mu'min dan surga
bagi orang kafir" (HR.Muslim)
Dari tiga hadits di
atas sangat jelas menunjukkan kepada kita bahwa dunia bukanlah tempat
bersenang-senang bagi orang mu'min dan dunia itu hina dan terlaknat di sisi
Allah I sehingga
sangat mengherankan jika ada seseorang
yang begitu cintanya kepada dunia dan merasa nikmat dengan kehidupan yang
menipu ini, Allah U telah
mengancam mereka dengan firman-Nya :
﴿إِنَّ الَّذِينَ لَا يَرْجُونَ لِقَاءَنَا وَرَضُوا بِالْحَيَاةِ
الدُّنْيَا وَاطْمَأَنُّوا بِهَا وَالَّذِينَ هُمْ عَنْ ءَايَاتِنَا
غَافِلُونَ(7)أُولَئِكَ مَأْوَاهُمُ النَّارُ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ ﴾
Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan)
pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa
tenteram dengan kehidupan itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami,
mereka itu tempatnya ialah neraka, disebabkan apa yang selalu mereka kerjakan. (QS. Yunus : 7-8)
Namun hakekat
kebahagiaan di dunia adalah dekatnya seorang hamba kepada Rabbnya dan itulah makna Hayatan Thoyyibah yang
difirmankan Allah I dalam kitabNya
﴿
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ
حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا
يَعْمَلُونَ﴾
Artinya: "Barangsiapa
yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan
beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang
baik(hayah thoyyibah) dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka
dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan." (QS.An Nahl:97)
Imam Ibnu Qoyyim rahimahullah menyimpulkan
makna hayah thoyyibah sebagai kelezatan dalam beribadah. Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah رحمه الله berkata:
إِنَّ فِي الدُّ نْيَا جَنَّةً مَنْ لَمْ يَدْخُلْها لاَ
يَدْ خُلُ جَنَّةَ الآخِرَةِ
“Di dunia ada
surga, siapa yang tidak pernah memasukinya ia tidak akan memasuki surga
akhirat"[26]
· Tabi'i yang mulia Muhammad Ibnul Munkadir rahimahullah
mengatakan: "Tidak ada sisa dari kelezatan dunia kecuali
tiga : qiyamul lail, liqo' ikhwan (bertemu saudara fillah ) dan sholat jamaah " [27]
أَوِامْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا /
Hadits ini memberikan isyarat bahwa salah satu orientasi manusia dalam
beramal termasuk di dalamnya ketika mengerjakan amalan-amalan akhirat adalah
untuk mendapatkan/menikahi wanita. Dalil-dalil dari Al Quran dan As Sunnah juga
menunjukkan bahwa wanita merupakan salah satu fitnah yang terbesar, yang dapat
menggelincirkan seseorang ke dalam perbuatan maksiat. Dalam surah Yusuf, Allah Y
berfirman:
فَلَمَّا رَأَى قَمِيصَهُ قُدَّ مِنْ
دُبُرٍ قَالَ إِنَّهُ مِنْ كَيْدِكُنَّ إِنَّ كَيْدَكُنَّ عَظِيمٌ ﴾ ﴿
Artinya: Maka
tatkala suami wanita itu melihat baju gamis Yusuf koyak di belakang berkatalah
dia: "Sesungguhnya (kejadian) itu adalah di antara tipu daya kamu, sesungguhnya
tipu daya kamu (kaum wanita) adalah besar." (QS.Yusuf:28)
Rasulullah r
bersabda dalam hadits yang diriwayatkan Usamah bin Zaid t:
[ مَا تَرَكْتُ بَعْدِيْ فِتْنَةً
أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنْ النِّسَاءِ
]
Artinya: "Tidaklah aku meninggalkan sebuah fitnah
yang terbesar atas kaum lelaki dari fitnah wanita"(HR.Bukhari dan
Muslim)
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ t
عَنْ النَّبِيِّ r قَالَ:] إِنَّ الدُّنْيَا حُلْوَةٌ
خَضِرَةٌ وَإِنَّ اللَّهَ مُسْتَخْلِفُكُمْ فِيهَا فَيَنْظُرُ كَيْفَ تَعْمَلُونَ
فَاتَّقُوا الدُّنْيَا وَاتَّقُوا النِّسَاءَ فَإِنَّ أَوَّلَ فِتْنَةِ بَنِي
إِسْرَائِيلَ كَانَتْ فِي النِّسَاءِ [
Dari Abu Said Al
Khudri t dari Nabi r beliau bersabda: "Sesungguhnya dunia ini manis dan hijau. Dan Allah
menjadikan kalian khalifah(pengganti generasi sebelumnya) di dunia ini lalu
Allah melihat apa yang kalian lakukan, maka hati-hatilah dengan(fitnah) dunia
dan wanita, karena sesungguhnya awal fitnah yang terjadi pada kaum Bani Israil
terjadi disebabkan kaum wanita" (HR.Muslim)
فَهِجْرَتُهُ إِلى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ /
“.. maka hijrahnya
kepada apa yang dia hijrahkan..”
- Jika kita mencermati hadits ini maka kita dapati adanya perbedaan redaksi hadits antara orang yang berhijrah kepada Allah dan Rosul-Nya dengan orang yang berhijrah karena dunia dan wanita, dimana pada orang pertama niatnya diulangi penyebutannya berbeda dengan orang yang kedua dimana hanya dikatakan :…kepada apa yang dia hijrahkan
Menurut
ulama, ada beberapa kemungkinan tidak disebutkannya: "فهجرته إلي الدنيا أو امرأة...”, antara lain:
-
hinanya niat seperti itu (niat dunia dan wanita ) sedang niat kepada Allah dan
Rasul-Nya adalah niat yang sangat mulia
-
karena niat terhadap dunia dan wanita adalah bermacam-macam sedangkan
niat kepada Allah dan RasulNya adalah niat yang satu
Beberapa Faedah (Fiqh)
Hadits ini :
- Harusnya berniat dalam seluruh amalan.
- Amalan yang satu bisa berbeda-beda pahalanya tergantung niatnya masing-masing.
·
Niat tempatnya di
hati bukan di lisan menurut kesepakatan kaum muslimin, dalam seluruh ibadah
bersuci, sholat, zakat, puasa, haji, membebaskan budak, dan telah keliru orang
yang membolehkan mengucapkan niat ketika haji dengan berdalih ucapan seorang
yang mau haji:"Labbaikallahumma hajjan", karena mereka tidak
bisa membedakan antara niat dan talbiyah pertama sebagai pertanda dimulainya
ibadah haji sebagaimana orang yang shalat membuka shalatnya dengan takbiratul
ihram
·
Amalan shalih
terwujud dengan niat yang shalih, tapi niat yang baik tidak bisa menjadikan
perkara mungkar menjadi baik atau perkara bid'ah menjadi sunnah, Ibnu Mas’ud t, berkata:
(كَم مِن مُرِيدِ للخَيرِ لنَ يُصِيْبَهُ)
Artinya: Betapa banyak orang
yang menginginkan kebaikan tapi tidak mencapainya
·
Ikhlas kepada Allah
adalah syarat diterimanya amal, karena Allah U tidak menerima amalan kecuali yang paling murni dan
benar, yang paling murni adalah yang ditujukan hanya kepada Allah dan yang
paling benar adalah yang sesuai dengan sunnah yang shahih. Sebagaimana
perkataan Fudhail bin Iyadh رحمه الله تعالى terhadap firman Allah Y dalam surah Al Mulk:2
﴿ الَّذِيْ خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ
أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ ﴾
Artinya:"Yang
menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih
baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun"
Beliau
berkata:
أَحسَنُ عَمَلاً : أَخلَصُهُ وَ أَصوَبُهُ ، إِنَّ
العَمَلَ إِذَا كَانَ خَالِصًا وَ لَمْ يَكُنْ صَوَابًا لَم يُقْبَلْ ، وَإِذَا
كَانَ صَوَابًا وَ لَمْ يَكُنْ خَالِصًا لَمْ يُقبَلْ ، حَتىَّ يَكُونَ خَالِصًا
وَ صَوَابًا ، وَ الخَالِصُ إِذَا كَانَ ِللهِ
و الصَّوَابُ إِذَاكَانَ عَلَى السُّنَّةِ
"Paling baik amalnya adalah yang paling ikhlas dan paling benar, sesungguhnya amalan
yang ikhlas tapi tidak benar, maka tidak akan diterima, dan amalan yang benar
tetapi tidak ikhlas, juga tidak akan diterima sampai amalan tersebut menjadi
ikhlas dan benar. Dan Ikhlas adalah yang ditujukan hanya kepada Allah U, dan benar adalah yang sesuai dengan sunnah Rosulullah r “ [28]
Beberapa Keadaan Amalan yang Berkaitan dengan Niat:
Adapun beberapa
amalan yang berkaitan dengan niat ada beberapa tingkatan :
1. Riya’ murni (
amalannya ditolak dan pelakunya diadzab)
Contoh :
a)
Orang munafik ,sebagaimana
yang Allah U firmankan dalam beberapa ayat-Nya
﴿
إِنَّ الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُوا
إِلَى الصَّلَاةِ قَامُوا كُسَالَى يُرَاءُونَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُونَ اللَّهَ
إِلَّا قَلِيلًا﴾
Artinya:Sesungguhnya
orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka.
Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka
bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut
Allah kecuali sedikit sekali(QS.An
Nisaa:142)
﴿
وَمَا مَنَعَهُمْ أَنْ تُقْبَلَ مِنْهُمْ نَفَقَاتُهُمْ إِلَّا أَنَّهُمْ كَفَرُوا
بِاللَّهِ وَبِرَسُولِهِ وَلَا يَأْتُونَ الصَّلَاةَ إِلَّا وَهُمْ كُسَالَى وَلَا
يُنْفِقُونَ إِلَّا وَهُمْ كَارِهُونَ﴾
Artinya:Dan tidak ada yang
menghalangi mereka untuk diterima dari mereka nafkah-nafkahnya melainkan karena
mereka kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka tidak mengerjakan shalat,
melainkan dengan malas dan tidak (pula) menafkahkan (harta) mereka, melainkan
dengan rasa enggan.(QS.At Taubah:54)
Karena itu
orang yang beribadah seperti itu tetap diancam dengan neraka. Allah Y
berfirman:
﴿
فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ(4)الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ(5)الَّذِينَ
هُمْ يُرَاءُونَ ﴾
Artinya:Maka kecelakaanlah bagi orang-orang
yang shalat, (yaitu)
orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat riya.(QS.Al
Ma'uun:4-6)
b)
Orang-orang
kafir
﴿ وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ خَرَجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ
بَطَرًا وَرِئَاءَ النَّاسِ وَيَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ وَاللَّهُ بِمَا
يَعْمَلُونَ مُحِيطٌ﴾
Artinya: Dan janganlah kamu
menjadi seperti orang-orang yang keluar dari kampungnya dengan rasa angkuh dan
dengan maksud ria kepada manusia serta menghalangi (orang) dari jalan Allah.
Dan (ilmu) Allah meliputi apa yang mereka kerjakan.( QS. Al Anfaal(8) :47)
2. Ikhlas bercampur
riya ; maka amalannya ditolak
Dari Abu Hurairah t dari Nabi r bersabda:
قال الله تبارك وتعالى :﴿ أَنَا
أغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنِ الشِّرْ كِ , مَنْ عَمِلَ عَمَلاً أَشْرَكَ فِيْهِ
مَعِىَ غَيْرِى فِيْهِ تَرَكْتُهُ
وَشِرْكَهُ ﴾ . (رواه مسلم)
AllahY telah berfirman : " Aku tidak butuh kepada semua sekutu. Barangsiapa beramal dengan cara mempersekutukan-Ku dengan yang
lainnya, maka Aku tinggalkan dia bersama sekutunya “ (HR.Muslim)
Namun jika ada seseorang yang beribadah
ikhlas karena Allah tapi juga mengharapkan hal-hal yang mubah seperti: berjihad
mengharapkan ghanimah, atau haji tapi juga berdagang maka ulama mengatakan :
Bahwa pahalanya dikurangi (tidak sempurna), sebagaimana hadits dari Abdullah
bin Amr t:
]مَا مِنْ غَازِيَةٍ
تَغْزُو فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَيُصِيبُونَ الْغَنِيمَةَ إِلَّا تَعَجَّلُوا
ثُلُثَيْ أَجْرِهِمْ مِنْ الْآخِرَةِ وَيَبْقَى لَهُمْ الثُّلُثُ وَإِنْ لَمْ
يُصِيبُوا غَنِيمَةً تَمَّ لَهُمْ أَجْرُهُمْ[
” Tidaklah sebuah pasukan yang berperang fii sabilillah lalu
mendapatkan ghanimah melainkan dipercepat
di dunia 2/3 dari pahala akhiratnya maka ia tunggal mendapatkan ganjaran 1/3 di
akhirat. Tetapi jika tidak mengharapkan ghonimah maka sempurna pahalanya (HR Muslim)
3. Ikhlas dari
awalnya , namun dipertengahannya dimasuki riya’ maka dalam hal ini ada 2 perincian :
a. jika ia
berusaha untuk menolaknya dan berhasil menghilangkannya, maka Insya Allah
diterima
b. jika
tidak berusaha untuk menolaknya dan merasa senang sampai akhir ibadahnya; maka
ibadahnya ditolak
§ untuk ibadah-ibadah yang satu paket (sholat,shaum dll) maka
harus ikhlas dari awal sampai akhir
§ untuk ibadah-ibadah yang terputus-putus (membaca Al-Qur’an, menuntut ilmu dll) maka
hanya dibutuhkan pembaharuan niat
4. Jika ada
seseorang yang ikhlas/ murni niatnya sejak awal hingga akhir lalu mendapatkan
penghormatan/penghargaan dari manusia tanpa ia harapkan ;maka penghargaan ini
tidaklah mengurangi pahalanya, bahkan hal
itu adalah kabar gembira dari Allah yang dipercepat sebelum mendapatkan pahala
yang lebih mulia di hari kiamat kelak, sebagaimana hadits Rasulullah r dari Abu Dzar t :
عن أبي ذرt عن النبي r: أنَّهُ سُئِلَ عَنِ الرَّجُلِ يَعمَلُ العَمَلَ ِللهِ مِنَ
الخَيرِ يَحمَدُهُ النَاسُ عَلَيهِ ؟ فقال : تِلكَ عَاجِلٌ بُشرَى المُؤمِنَ (رواه
مسلم)
Dari Abu Dzar t dari Nabi r : sesungguhnya beliau r ditanya tentang
seorang laki-laki yang beramal kebaikan
karena Allah kemudian manusia memujinya , kamudian beliau r menjawab : Itu
adalah khabar gembira yang dipercepat
bagi orang mu’min (H.R. Muslim)
Beberapa contoh permasalahan tentang niat :
1.
Si A bersedekah kepada si B yang menurutnya
berhak mendapatkan sedekah, padahal ternyata Si B adalah orang yang tidak berhak untuk
memperoleh sedekah, maka Si A tetap mendapatkan pahala apa yang ia niatkan.
2.
Seseorang yang berniat
berhubungan dengan istrinya tetapi ternyata ia bukan istrinya maka ia tidak berdosa
3.
Orang yang berniat
untuk melakukan maksiat, tetapi tidak jadi dilakukan, maka hal ini terbagi
dalam beberapa kategori :
§ Jika ia telah berazam lalu meninggalkan perbuatan maksiat
tersebut karena Allah ;maka tidak berdosa bahkan ia diganjar dengan pahala
§ Jika telah berazam lalu ditinggalkan karena takut manusia
; maka ia berdosa.
KESIMPULAN
Seorang
muslim hendaknya senantiasa memperhatikan hati dan niatnya dalam beramal,
karena amalan apapun yang dia lakukan walaupun itu mulia kedudukannya namun jika
dia tidak ikhlas maka dia tidak akan mendaptkan apa-apa di akhirat kelak
kecuali adzab Allah I. Cukuplah hadits ini merupakan pelajaran dan peringatan
yang besar bagi kita semua:
عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ َ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ r يَقُولُ:] إِنَّ أَوَّلَ
النَّاسِ يُقْضَى يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَيْهِ رَجُلٌ اسْتُشْهِدَ فَأُتِيَ بِهِ
فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا قَالَ فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا قَالَ قَاتَلْتُ
فِيكَ حَتَّى اسْتُشْهِدْتُ قَالَ كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ قَاتَلْتَ لِأَنْ يُقَالَ
جَرِيءٌ فَقَدْ قِيلَ ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى أُلْقِيَ
فِي النَّارِ وَرَجُلٌ تَعَلَّمَ الْعِلْمَ وَعَلَّمَهُ وَقَرَأَ الْقُرْآنَ
فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا قَالَ فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا
قَالَ تَعَلَّمْتُ الْعِلْمَ وَعَلَّمْتُهُ وَقَرَأْتُ فِيكَ الْقُرْآنَ قَالَ
كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ تَعَلَّمْتَ الْعِلْمَ لِيُقَالَ عَالِمٌ وَقَرَأْتَ
الْقُرْآنَ لِيُقَالَ هُوَ قَارِئٌ فَقَدْ قِيلَ ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى
وَجْهِهِ حَتَّى أُلْقِيَ فِي النَّارِ وَرَجُلٌ وَسَّعَ اللَّهُ عَلَيْهِ
وَأَعْطَاهُ مِنْ أَصْنَافِ الْمَالِ كُلِّهِ فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ
فَعَرَفَهَا قَالَ فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا قَالَ مَا تَرَكْتُ مِنْ سَبِيلٍ تُحِبُّ
أَنْ يُنْفَقَ فِيهَا إِلَّا أَنْفَقْتُ فِيهَا لَكَ قَالَ كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ
فَعَلْتَ لِيُقَالَ هُوَ جَوَادٌ فَقَدْ قِيلَ ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى
وَجْهِهِ ثُمَّ أُلْقِيَ فِي النَّارِ [
Dari Abu Hurairah t berkata: Saya telah
mendengar Rasulullah r bersabda:"Sesungguhnya manusia yang pertama kali diputuskan di hari kiamat
adalah seorang yang mati syahid (di medan jihad) ketika dia didatangkan
dihadapan Allah lalu diperlihatkan kepadanya nikmat Allah(waktu di dunia) maka
dia mengenalinya ,lalu Allah bertanya kepadanya: "Apa yang telah kamu
lakukan (di dunia) dengan nikmat-nikmat tersebut?Orang itu menjawab:"Saya
telah berperang di jalan-Mu hingga mati syahid" Allah U berfirman:"Kamu dusta, akan tetapi kamu berperang agar dikatakan
sebagai pemberani dan hal itu sudah dikatakan (di dunia) maka diperintahkan
(pada malaikat) untuk menyeret orang tersebut dengan wajahnya hingga
dicampakkan ke api neraka. Dan orang (kedua) yang menuntut ilmu, mengajarkannya
dan membaca Al Quran ketika dia didatangkan dihadapan Allah lalu diperlihatkan
kepadanya nikmat Allah(waktu di dunia) maka dia mengenalinya ,lalu Allah
bertanya kepadanya: "Apa yang telah kamu lakukan (di dunia) dengan nikmat-
nikmat tersebut?Orang itu menjawab:"Saya telah menuntut
ilmu,mengajarkannya dan membaca Al Quran karena-Mu" Allah U berfirman:"Kamu dusta, akan tetapi kamu menuntut ilmu agar digelari
sebagai seorang Alim dan kamu membaca Al Quran agar digelari sebagai seorang qari'
dan hal itu sudah dikatakan (di dunia) maka diperintahkan (pada malaikat) untuk
menyeret orang tersebut dengan wajahnya hingga dicampakkan ke api neraka. Dan
orang (ketiga) seorang yang telah Allah lapangkan baginya dan menganugrahkan
kepadanya seluruh perbendaharaan harta ketika
dia didatangkan dihadapan Allah lalu diperlihatkan kepadanya nikmat Allah(waktu di dunia) maka dia mengenalinya ,lalu Allah bertanya
kepadanya: "Apa yang telah kamu lakukan (di dunia) dengan nikmat-nikmat tersebut?Orang itu menjawab:"Tidaklah
saya meninggalkan sebuah jalan untuk berinfak yang Kamu cintai
kecuali saya berinfak karena-Mu " Allah U berfirman:"Kamu dusta, akan tetapi kamu melakukan itu untuk
dikatakan sebagai dermawan dan hal itu sudah
dikatakan (di dunia) maka diperintahkan (pada malaikat) untuk menyeret orang tersebut dengan wajahnya hingga dicampakkan ke api
neraka.(HR.Muslim)
Shahabat yang mulia Muawiyah t
ketika mendengarkan hadits di atas beliau menangis hingga pingsan dan ketika
siuman beliau mengatakan : "Shadaqallohu wa Rasuluhu (Telah benar firman
Allah dan sabda Rasulullah r); Allah I berfirman :
]مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ
أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ(15)أُولَئِكَ الَّذِينَ
لَيْسَ لَهُمْ فِي الْآخِرَةِ إِلَّا النَّارُ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا
وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ[
Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan
perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di
dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan.
Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan
lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah
apa yang telah mereka kerjakan (QS. Huud : 15-16)[30]
Camkan dan ingat pula dua hadits berikut :
عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ t قَالَ : قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ r مَنْ تَعَلَّمَ
عِلْمًا مِمَّا يُبْتَغَى بِهِ وَجْهُ اللَّهِ U لَا يَتَعَلَّمُهُ إِلَّا لِيُصِيبَ بِهِ عَرَضًا مِنْ الدُّنْيَا
لَمْ يَجِدْ عَرْفَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَعْنِي رِيحَهَا (رواه أبو
داود و ابن ماجه و أحمد)
Dari Abu Hurairah t berkata:
Rasulullah r bersabda:
"Barangsiapa yang menuntut ilmu yang seharusnya untuk mencari wajah Allah
namun dia tidak menuntutnya melainkan mendapatkan sesuatu dari benda duniawi
maka dia tidak mencium bau surga di hari Kiamat" (HR. Abu Daud, Ibnu Majah dan Ahmad)
عن كَعْبِ بْنِ
مَالِكٍ t قَالَ سَمِعْتُ
رَسُولَ اللَّهِ r يَقُولُ : مَنْ
طَلَبَ الْعِلْمَ لِيُجَارِيَ بِهِ الْعُلَمَاءَ أَوْ لِيُمَارِيَ بِهِ
السُّفَهَاءَ أَوْ يَصْرِفَ بِهِ وُجُوهَ النَّاسِ إِلَيْهِ أَدْخَلَهُ اللَّهُ
النَّارَ (رواه الترمذي)
Dari Ka'ab bin Malik t berkata: Saya mendengar Rasulullah r bersabda : "Barangsiapa yang
menuntut ilmu untuk menandingi para ulama dan untuk mendebat orang-orang bodoh
serta memalingkan pandangan manusia kepadanya, Allah akan memasukkannya ke neraka" (HR.Tirmidzi)
Dan hendaknya senantiasa kita
menjadikan akhirat sebagai sasaran dan tujuan dalam setiap amalan kita,
renungkanlah hadits berikut ini:
]مَنْ كَانَتْ الدُّنْيَا هَمَّهُ فَرَّقَ اللَّهُ عَلَيْهِ أَمْرَهُ وَجَعَلَ
فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ وَلَمْ يَأْتِهِ مِنْ الدُّنْيَا إِلَّا مَا كُتِبَ
لَهُ وَمَنْ كَانَتْ الْآخِرَةُ نِيَّتَهُ جَمَعَ اللَّهُ لَهُ أَمْرَهُ وَجَعَلَ
غِنَاهُ فِي قَلْبِهِ وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِيَ رَاغِمَةٌ [
Artinya: "Barangsiapa yang menjadikan dunia sebagai
tujuannya maka Allah akan menjadikan urusannya kacau dan kefakiran senantiasa
berada di kedua matanya serta dunia tidak akan datang kepadanya kecuali apa
yang telah ditetapkan baginya. Barangsiapa yang menjadikan akhirat sebagai
niat/tujuannya maka Allah akan mengumpulkan baginya urusannya dan Allah
menjadikan kekayaan pada hatinya serta dunia akan datang kepadanya dengan
tunduk dan menyerahkan diri" (HR. IBNU
MAJAH)
- و الله الموفق -
TAKHRIJ HADITS
Hadits ini sebagaimana disebutkan oleh Imam Nawawi dikeluarkan oleh 2 Imam Ahli Hadits yaitu Imam Bukhari dan Imam Muslim dan cukuplah keduanya sebagai petunjuk dan dalil akan keshohihan hadits ini. Perkataan Imam Nawawi bahwa kedua kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim adalah kitab hadits yang paling shohih, hal ini telah disepakati oleh ulama kita sebagaimana yang ditegaskan oleh Al-Hafizh Ibnu Ash-Sholah. Adapun perkataan Imam Syafi'i bahwa : "Saya tidak mengetahui kitab ilmu yang paling benar di dunia ini melebihi Kitab Al-Muwaththo", itu beliau ucapkan sebelum ditulisnya Shahih Bukhari dan Shahih Muslim. [31]
Dan hadits ini ditakhrij oleh banyak Imam hadits kecuali Imam Malik.
Dan Ibnu Hajar mengatakan : "Telah keliru orang yang menyangka hadits
ini ditakhrij pula oleh Imam Malik ".[32]
Diantara Imam yang mengeluarkan
hadits ini :
1. Imam
Bukhari di 7 tempat dalam Kitab Shahihnya yaitu:
-
Kitab
Bad'il Wahyi,Bab I hadits no.1
-
Kitab
Al-Iman,Bab 41 hadits no.54
-
Kitab
Al-'Itq,Bab 6 hadits no.2529
-
Kitab
Manaqib Al-Anshar,Bab 45 hadits no. 3898
-
Kitab
An-Nikah,Bab 5 hadits no. 5070
-
Kitab Al
Aiman wa An-Nudzur,Bab 23 hadits no.6689
-
Kitab Al
Hiyal,Bab I hadits no.6953
2. Imam
Muslim di Shahihnya,Kitab Al-Jihad Bab
18 hadits no.4904
3. Imam
Abu Dawud di As-Sunan, Kitab Ath-Tholaq Bab 11 hadits no.2201
4. Imam
An-Nasa'i di 3 tempat pada kitab Sunan beliau yaitu :
-
Kitab
Ath-Thoharah,Bab 60 hadits no.75
-
Kitab
Ath-Tholaq.Bab 24 hadits no. 3437
-
Kitab
Al-Aiman wa An-Nudzur ,Bab 19 hadits no.3803
5. Imam At-Tirmidzi di As-Sunan,Kitab Fadhoil
Jihad Bab 16 hadits no.1647
6. Imam Ibnu Majah di As-Sunan,Kitab Az-Zuhud
Bab 26 hadits no. 4227
7. Imam Ahmad di Musnad (1:25,43)
8. Imam Ad-Daruquthni dalam As-Sunan , Kitab
Ath-Thoharah, bab An-Niyyah
(1:33:128)
9. Imam Al-Humaidi dalam musnadnya (1:28)
10. Imam Abu Dawud Ath-Thoyalisi dalam
musnadnya (hal.9)
11.
Imam Ath-Thahawi dalam Syarh Ma'any Al-Atsaar (3:96:4650)
12. Al
Imam Ibnu Jarud dalam Al-Muntaqa, Kitab Ath-Thoharah Bab 24 hadits no.64
13. Al-Imam Ibnu Hibban dalam Shohihnya ,lihat
Al-Ihsan (1/304)
14. Al
Hafizh Al Iraqi dalam Taqribul Masanid,lihat Tharhu At-Tatsrib (2:2 )
15.
Al-Imam Al-Baihaqi
dalam As-Sunan Al Kubro(1/41:298/2:14//4:112,235/5:39/6:331/7:341)
[1] Lihat Fathul Bari (1:13) dan Abu Abdillah adalah Kunniyah dari
banyak Imam di antaranya Imam Malik, Asy-
Syafi'i,Ahmad dan Bukhari, namun yang
dimaksud di sini adalah Imam Bukhari. Wallahu A'lam.
[2] Lihat: Jami' Al
Ulum wa Al Hikam(1:61)
[3] Lihat: Al
Minhaj (13:55)
[4] Nailul Authar
(1:168)
[5] ibid (1:171)
[6] Lihat: Al Minhaj Syarhu
Nawawi (13:55), Syarhul
Arbain oleh Ibnu Daqiq (hal 27),) dan Jamiul Ulum wal Hikam (1:61)
[7] Lihat: Tharhu At Tatsrib (2:4)
[8] Lihat Jami'ul
Ulum wal Hikam (1:60) dan Fathul Bari (1:14)
[9] Ibnu Hajar رحمه الله menuturkan : “Setelah saya
mempelajari jalan- jalan
periwayatan hadits ini sejak saya
mempelajari hadits hingga sekarang ini saya belum mampu menyempurnakan hingga
100 orang dan saya belum menemukan jalan periwayatannya sebanyak itu (yaitu
sampai 250 atau 700 orang sebagaimana yang dikatakan oleh sebagian ulama-pen)”
Fathul Bari ……
[10] Syarhu Muslim
Lin Nawawi (13:56)
[11] Lihat Tadribur
Rowi (2:928) dan An Nukat 'Alan Nuzhah (hal. 209)
[12] Lihat: Syarh
Ibn Daqiq Al 'Ied
[14] Fathul Bari (1:13)
[15] Lihat: Ath
Thabaqaat Al Kubro (2:11)
dan At Ta'yiin Fii Syarhi Al Arba'in (hal 26)
[16] Sariyyah adalah bagian
dari pasukan yang diutus secara rahasia untuk memata-matai pasukan musuh yang jumlahnya sekitar 5-400 orang dan pasukan tsb tidak diikuti oleh Rosulullah r (Lihat:Al Qamus
Al Muhith 4:494, An Nihayah 2:363 dan Al Mishbah Al Munir hal.275)
[17] Diriwayatkan oleh Al Hakim dalam Al
Mustadrak (3:87 no. 4480) dan Muhammad bin Sa'ad dalam Ath Thabaqat Al
Kubro (3:281)
[18] Diriwayatkan
oleh Ibnu Abdil Barr dalam Jami' Bayanil 'Ilm wa Fadhlihi (2:947 no. 1810)
[19] Lihat:
Ta'liqaat 'alaa Al Arba'in An Nawawiyah oleh Samahatu Asy Syaikh Al Utsaimin
(hal.1)
[20] Lihat : Jamiul
Ulum wal Hikam (1:71)
[21] Hilyatul
Awliyaa (….)
[22] Ibid (….)
[23] Ibid (.._)
[24] (H.R.Abu Dawud dan selainnya
dengan sanad yang shohih, lihat Irwaul Ghalil 5/33)
[26] Lihat: Al
Waabil Ash Shoyyib (hal.96)
[27] Al Bahru Ar
Roiq (hal. 131)
[28] Lihat:Tafsir Al Baghawi 8:172
[29] lihat tafsiran QS.2:284 dan nantikan pembahasan hadits arbain no.37
[30] Lihat sunan At Tirmidzi (2382)
[31] Lihat 'Ulum
Al-Hadits-Ibnu Ash-Sholah( hal.19), An-Nukat 'ala Kitab Ibnu Ash-Sholah
(1:278,279) dan Tadribur Rowi (1:96)
[32] Fathul Bari (1:14)
Description: syarah Hadits ke-1 Arbain An-Nawawi
Reviewer: Unknown
Rating: 4.0
ItemReviewed: syarah Hadits ke-1 Arbain An-Nawawi
Reviewer: Unknown
Rating: 4.0
ItemReviewed: syarah Hadits ke-1 Arbain An-Nawawi
Tidak ada komentar: