Sabtu, 16 April 2016

Unknown 07.08


Saudariku apa yang menghalangimu berhijab ?

# syubhat: belum mantap
Alasan belum mantap untuk berhijab sebenarnya lebih tepat digolongkan kedalam syahwat dan menuruti hawa nafsu daripada disebut sebagai syubhat. Jika salah seorang ukhti yang belum menaati perintah berhijab ditanya” mengapa ia tidak mengenakan hijab ? diantaranya ada yang menjawab, “ demi Allah saya belum mantap dengan berhijab. Jika saya telah merasa mantap dengannya maka saya akan berhijab, insyaallah.”
Ukhti yang berdalih dengan syubhat ini hendaknya bisa membedakan antara dua hal. Yakni antara perintah tuhan dengan perintah manusia. Jika perintah itu datangnya dari manusia maka manuisa bisa salah dan bisa benar. Imam malik berkata, “ setiap orang bisa diterima ucapannya atau juga ditolak, kecuali perkataan orang yang ada didalam kuburan” yang dimaksudkan adalah rasulullah shallalahu alaihi wa sallam.
Selagi masih dalam bingkai perkataan manusia, maka seseorang tidak bisa dipaksakan untuk menerima. Karenanya, dalam hail ini setiap orang bisa berucap” belum mantap” dan hal ini bisa dihukum karenanya. Adapun jika perintah-perintah Allah, dengan kata lain Allah yang memerintahkan didalam kitabnya atau memerintahkan hal tersebut melalui nabinya agar disampaikan kepada umatnya , maka tidak ada alasan bagi umat manusia untuk mengatakan “ sAya belum mantap”
Bila ia masih mengatakan hal itu  dengan penuh keyakinan padahal ia mengatahui perintah tersebut ada didalam kitab allah maka hal tersebut dapat menyeretnyapada bahaya yang sangat besar yani keluar dari agama Allah sementara tidak menyadarinya. Sebab dengan begitu berarti ia tidak percaya dan meragukan kebenaran perintah tersebut. Karena itu ini merupakan ungkapan yang sangat berbahaya.
Seandainya ia mengatakan aku wanita kotor” aku tak kua melawan nafsuku, Jiwaku rapuh atau hasratku untuk itu sangat lemah,tentu ungkapan-ungkapan ini dan sejenisnya tidak bisa disejajarkan dengan ungkapan aku belum mantap. Sebab ungkapan-ungkapan tersebut pengakuan atas kelemahan, kesalahan dan kemaksiatan  diri. ia tidak menghukumi salah atau benar terhadap perintah-perintah Allah secara semaunya. Juga tidak teramsuk yang mengambil sebagian perintah Allah dan mencampakkan yang lainnya. (al-ahzab:36)
وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْراً أَن يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَن يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالاً مُّبِيناً
“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu'min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu'min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata”.
1.       Sikap yang dituntut
Ketika seorang hamba mengaku beriman kepada Allah, percaya bahwa Allah lebih bijaksana dan mengetahui dalam penentuan hukum daripada dirinya. Sementara dia sangat miskin atau sangat lemah maka jika telah datang perintah dari Allah tidak ada pilihan lain baginya kecuali menaati perintah tersebut. ketika mendengar perintah Allah maka hendaknya seorang mukmin atau mukminah, mereka wajib mengatakan sebagaimana yang dikatakan orang-orang beriman:(al- baqarah:285)
“Rasul telah beriman kepada Al Qur'an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami ta'at." (Mereka berdo'a): "Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali."
Ketika allah memerintahkan kita dengan suatu perintah, dia maha mengetahui bahwa perintah itu untuk kebaikan  kita,  dan salah satu sebab terciptanya bagi kebahagiaan  kita. Demikian pula halnya dengan ketika memerintahkan wanita berhijab, dia maha mengetahui bahwa itu adalah salah satu tercapainya kebahagian, kemuliaan dan keagungan wanita.
Allah mengetahui, ilmunya meliputi segala sesuatu, mengetahui sejak sebelum manusia diciptakan, juga mengetahui apa yang akan terjadi dimasa mendatang dengan tanpa batas, mengetahui  apa yang tidak akan terjadi dari berbagai peristiwa, juga dia mengetahui andaikata peristiwa tersebut terjadi,apa yang bakal terjadi selanjuutnya. Dengan kepercayaan seperti ini yang merupakan keyakina umat islam, apakah patut dan masuk akal untuk kita menolak perintah allah yang maha luas ilmunya, selnajutnya kita menerima perkataan manusia yang memiliki banyak kekurangan, dan ilmunya yang sangat terbatas.
2.       Contoh dari keyakina kita sehari-hari
Sebgai contoh dapat kita kemukakan  dari kenyataan hidup sehari-hari. Bila kita membeli satu unit computer sementara orang yang merakitnya ada didekat kita, dia mengerti betul bagaimana cara mengopersikannya, memahami hingga A sampai Z seluk beluk alat cangggih tersebut, maka logiskah kita memanggil tukang cuci mobil untuk mengajari kita cara mengopersikan computer?
tentu saja tidak logis. Akal kita akan mengatakan kita mesti memanggil ahlinya  untuk mengajari bagaimana penggunaan alat tersebut, berikut cara memperbaikinya jika terjadi kerusakan.
Yang menciptakan manusia dan membentuknya adalah  tuhan manusia yaitu allah. Karena itu sangat wajar jika allah yang lebih mengetahui tentang apa yang membahayakan dan memberi manfaat  kepada manusia. Dan jelaslah bertahkim, patuh dan menyerah kepada selain allah adalah cerminan ketidakwarasan, kebodohan dan kedunguan. Kedunguan itu disebabkan karena patuh kepada seseorang yang tidak mengetahui.barang siapa yang mengambil nasihat orang bodoh berarti dia mneggelincirkan dirinya kedalam kebinasaan. Ironinya, inilah yang terjadi pada kaum mislimin, batapa banyak diantara kita yang  menuntut jawaban dari orang yang tidak mengetahuinya. Sebgaimana betapa banyak dari kalangan kita yang tidak memahami bahwa yang dimaksud kata “ islam” adalah menyerah, patuh dan tunduk secara total kepada perintah-perintah allah dan larangan-larangannya.
3.       Ukhti, jangan terjerumus kedalam pertentangan
Tatkala engkau menasihati seorang ukhti yang belum berhijab, diantara mereka ada yang menjawab” saya juga seorang muslimah, selalu menjaga shalat lima waktu, dan sebhagian shalat sunat, sya juga berpuasa bulan ramadhan dan telah melakukan haji, berkali-kali pula saya umrah, aktif sebagai donator pada beberapa yayasan social tetapi saya belum mantap bermajis”
4.       Pertanyaan buat ukhti
Kalau memang anda sudah dan selalu melakukan amalan-amalan terpuji, yang berpangkal dari iman, lepatuahan pada perintah allah serta takut siksaanya jika meningggalkan kewajiban-kewajiban itu, mengapa nada beriman kepada sebagian dan tidak beriman kepada sebagiannya, padahal sumber perintah-perintah itu satu?
Sebagaimana shalat yang selalu kerjakan itu kewajiban, demikian pula dengan hijab . hijab itu wajib dan kewajiban itu tidak lagi diragukan adanya dalam alquran  dan as-sunnah. Atau apakah nada tidak pernah mendengar cercaan allah terhadap bani israil, karena mereka melakukan sebagian perintah dan meninggalkan sebagian yang lain? (al-baqarah: 85  )
“……Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat”
Hadis: sesnugguhnya  penghuni neraka yang paling ringan azabnya pada hari kiamat ialah orang-orang yang diletakkan dibagian dalam kedua telapak kakinya dua bara api……..”
Jika  azab seperti ini yang paling ringan pada hari kiamat, lalu bagaimana azab orang yang diancan allah  dengan azab yang amat pedih, sebagaimana disebitkan dalam ayat diatas, yakni bagi orang yang beriman kepada sebagian ayat  dan meninggalkan sebagian yang lain?
5.       Wahai ukhti
Apakah hanya demi penampilan, kebanggan dan saling mengungguli didunia, lalu ukhti rela menjual akhirat dan siap menerima azab yang pedih?
Sungguh, kami tidak berharap untuk ukhti, melakukan kebaikan didunia dan akhirat. Kami meminta agar ukhti mau menggunakan akal sehat dalam menetapkan pilihan ini.
(dikutip langsung dari buku terbitan darul haq dengan judul saudariku apa yang menghalangimu berhijab karya syaikh abdul hamid al-hilali)
Description: Saudariku apa yang menghalangimu berhijab ?
Reviewer: Unknown
Rating: 4.0
ItemReviewed: Saudariku apa yang menghalangimu berhijab ?

Tidak ada komentar: